Aku hidup di
bawah tiga rezim yang berbeda.
Rezim Lama, diasuh pejabat senior pendiri awal negara
ini. Penghuni negara ini masih sedikit. Warga kami harus berebutan makanan.
Rezim Baru, dipimpin orang luar yang tiba-tiba datang
dan suatu hari masuk mencoba WC. Bisnis berhasil. Makanan sudah tersedia di
meja kolektif. Sungguh suatu kehidupan yang teratur, lucu juga, masak semua orang setiap hari be-ol nya sama?
Rezim terkini, lagi krisis global, berpengaruh juga ke kondisi
kesejahteraan negara. Banyak yang kerja ke luar negeri, semakin jarang yang
buang kotoran.
Selain makan kotoran rezim, kami juga belajar sesuatu.
Kemistisan awal harus dijaga. Karena waktu akan menyibakkan aurat maka tak
perlu berpanjang hari. Toh, satu
dasawarsa sudah cukup memutuskan urat malu.
Keteraturan itu banyak manfaatnya, baik untuk mengukuhkan otoritas maupun untuk menjamin agenda yang dihajatkan
bisa berjalan.
Anarkisme mungkin lebih pas untuk para penikmat estetis. Mereka yang lebih
realistis, bahasa santun untuk pragmatis, sebaiknya memilih buat negara baru
(dan WC baru tentunya). Bicara soal ketahanan, pertama kali berdiskusilah dengan diri sendiri, baru
kemudian berkomunikasi.
Dan mengenai keberlanjutan, seseorang memunculkan dilema: adakah
hubungannya struktur dan pelayanan?
Tapi tuan, itu soal yang sangat penting bagi rezim dan tidak harus untuk
kami. Tolonglah, jangan pernah melewatkan hari tanpa membuang kotoran.
Pejeruk, April 2011