Salah satu
factor terkait akses dan ketersediaan jalan adalah ketimpangan yang cukup mencolok antara ketersediaan jalan
di Pulau Lombok dengan Sumbawa. Jika di Pulau Lombok, setiap 1 kilometer
persegi luas wilayahnya terdapat 0,66
kilometer ruas jalan, di Pulau Sumbawa untuk setiap 1 kilometer persegi hanya
terdapat 0,28 kilometer ruas jalan.
Meski demikian, mengingat jumlah penduduknya yang lebih sedikit, di Pulau
Sumbawa setiap 1000 jiwa terlayani oleh
jalan sepanjang 3,66 kilometer, masih
lebih baik dibanding di Pulau Lombok dimana setiap 1000 jiwa dilayani oleh 1,1
kilometer jalan. Ini berarti dari segi aksesibilitas,
pelayanan di Lombok lebih baik, namun di Pulau Sumbawa aspek mobilitasnya lebih
baik.
Sesekali perlu untuk menyadari yang sedikit ini. Bahwa kita penghuni gugus kepulauan tenggara INDONestan yang eksotik dalam banyak hal. Flora-fauna gugus Austro-Melayu; sebuah selat jalur perdagangan budak, candu dan senjata dimasa lalu yang prospektif bagi jalur perdagangan internasional 2020; Gunung tinggi, pantai yang elok, dan warna-warni budaya manusia penghuninya. Ingat-ingatlah walau hanya sejenak. Anda, para penjelajah daratan timur dibawah bayang Garis Wallacea yang TERKUCIL!
Translate
Tampilkan postingan dengan label Jaringan Jalan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jaringan Jalan. Tampilkan semua postingan
Minggu, 21 April 2013
Kondisi Jalan dan Orientasi Kebijakan Infrastruktur Jalan di Nusa Tenggara Barat (1)
Label:
ANTARA-AUSAID,
Bappeda NTB,
Dinas PU NTB,
Ervyn Kaffah,
Infrastruktur Jalan NTB,
Jalan Nasional NTB,
Jalan Provinsi NTB,
Jaringan Jalan,
Kemantapan jalan NTB,
Lemlit Unram,
World Bank
Langganan:
Postingan (Atom)