Salah satu
factor terkait akses dan ketersediaan jalan adalah ketimpangan yang cukup mencolok antara ketersediaan jalan
di Pulau Lombok dengan Sumbawa. Jika di Pulau Lombok, setiap 1 kilometer
persegi luas wilayahnya terdapat 0,66
kilometer ruas jalan, di Pulau Sumbawa untuk setiap 1 kilometer persegi hanya
terdapat 0,28 kilometer ruas jalan.
Meski demikian, mengingat jumlah penduduknya yang lebih sedikit, di Pulau
Sumbawa setiap 1000 jiwa terlayani oleh
jalan sepanjang 3,66 kilometer, masih
lebih baik dibanding di Pulau Lombok dimana setiap 1000 jiwa dilayani oleh 1,1
kilometer jalan. Ini berarti dari segi aksesibilitas,
pelayanan di Lombok lebih baik, namun di Pulau Sumbawa aspek mobilitasnya lebih
baik.
PROVINSI Nusa Tenggara Barat dengan luas 20 km2 lebih terdiri atas dua pulau besar, yakni Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, dan 280-an pulau kecil lainnya baik yang telah maupun belum berpenghuni.
Luas Pulau
Sumbawa mencapai tiga kali lipat Lombok, namun dari segi jumlah penduduk Lombok
didiami sekitar 70 persen lebih dari
total 4,4 juta jiwa penduduk NTB. Sampai
tahun 2010, secara administrative terdapat sepuluh kabupaten/kota, terdiri dari dua kota dan delapan kabupaten, dimana yang terluas adalah
Kabupaten Sumbawa seluas 6.643,98 km2 dan tersempit adalah Kota Mataram dengan
luas hanya 61,30 km2. Sementara jumlah penduduk terbesar adalah di Kabupaten
Lombok Timur sebanyak 1.080.237 jiwa dan terkecil di Kabupaten Sumbawa Barat
sebesar 101.089 jiwa.
Meski
belakangan ini terjadi peningkatan
drastic dalam pertumbuhan ekonomi dari 2,1 persen pada tahun 2008 menjadi 9 persen pada tahun 2009, namun tingkat kemiskinan
belum mengalami perubahan berarti. Tingkat kemiskinan mikro di NTB selama
beberapa tahun terakhir berkisar diatas 20 persen dari jumlah penduduk. Satu
tahun terakhir tingkat kemiskinan pada tahun 2008 sebesar 22,8 persen turun sedikit menjadi hanya 21,6 persen pada
tahun 2009. Sementara angka kemiskinan makro pada tahun 2009 diatas 45 persen atau hampir mendekati
setengah dari 4,4 juta jiwa total jumlah penduduk.
Sementara
dari segi IPM, meski selama dua tahun terakhir terus mengalami peningkatan
(dari 64,1 dari tahun 2008 menjadi 64,7 di tahun 2009) namun secara umum indicator-indikator yang
ada masih di bawah rata-rata nasional. Di sector tenaga kerja, Tingkat
Pengangguran Terbuka di NTB selama beberapa tahun terakhir memang masih di bawah rata-rata nasional, meski
trend tahun 2009 menunjukkan adanya peningkatan. NTB juga punya masalah khas,
karena sebagian besar (sekitar 75 persen) tenaga kerjanya bekerja di sector
informal. Di sisi lain, nilai tukar petani selama tiga tahun terakhir terus
mengalami penurunan.
Secara umum,
selama ini perekonomian NTB sebagian
besar ditopang oleh sector pertambangan
khususnya di sub-sektor pertambangan non-migas sejalan dengan beroperasinya PT.
NNT di Pulau Sumbawa. Meski demikian basis perekonomian NTB sebenarnya ada di
sector pertanian tempat sebagian besar warga menggantungkan hidupnya. Pada
tahun 2009, kontribusi sector pertambangan terhadap pertumbuhan ekonomi
mencapai 2,85 persen sementara sector pertanian hanya menyumbang 0,64 persen.
Catatan khusus juga mesti diberikan untuk sector pertanian yang mengalami
perlambatan laju pertumbuhan dari sebelumnya
6 persen pada pada tahun 2008 menjadi hanya 2,5 persen (2009), padahal
pada periode yang sama semua sector lainnya
mengalami laju pertumbuhan
positif.
Di tengah
berbagai tantangan tersebut, kapasitas fiskal NTB sangatlah lemah. Secara umum
tingkat ketergantungan anggaran kepada pusat masih sangat tinggi. Selama tiga
tahun terakhir sumbangan dana perimbangan mencapai 60 persen dari total
pendapatan Pemerintah Provinsi NTB, sementara di kabupaten/kota angka ini
setiap tahunnya berkisar pada angka 80 persen tanpa ada tanda akan mengalami
penurunan. Hal-hal tersebut diatas bagaimanapun akan sangat berpengaruh
terhadap pilihan dan prioritas yang diambil pemerintah dalam menyelesaikan
tantangan-tantangan yang ada. Khususnya, bagaimana perhatian pemerintah
terhadap penyediaan infrastruktur jalan baik terkait aspek aksesibilitas,
mobilitas maupun kualitas pelayanan infrastruktur jalan.
Sementara
itu, dari sisi pengguna jalan, jumlah kendaraan bermotor tercatat pada tahun
2009 sebanyak 775.863 unit atau meningkat 23,45 persen dari tahun sebelumnya
yang mencapai 628.467 unit. Komposisi jumlah kendaraan bermotor terdiri
dari 28.998 unit mobil penumpang, 12.576
unit bus, 26.043 unit mobil barang dan 708.246 unit sepeda motor.
Pada tahun
yang sama, kecelakaan lalu lintas
tercatat terjadi sebanyak 762 kali,
dengan korban 432 orang meninggal dunia, 434 orang luka berat dan 702
orang luka ringan. Sementara jumlah kerugian materi akibat kecelakaan tersebut
ditaksir mencapai Rp. 1,66 miliar.
Gambaran Umum Kondisi Jalan di NTB
Jalan
nasional di wilayah Nusa Tenggara Barat sepanjang lebih kurang 600 km.
Sementara jalan provinsi yang umumnya terdiri dari jalan kelas 2 dan kelas 3,
memiliki panjang sekitar 1800 km
sebagian besar berada di Pulau Sumbawa dengan panjang 1,5 kali lebih daripada
di Pulau Lombok. Sementara itu menurut data tahun 2008, panjang jalan kabupaten
di seluruh wilayah NTB mencapai sekitar 4 ribu km.
Karena
terdiri dari dua pulau besar, maka
jaringan jalan di Nusa Tenggara Barat dapat dibagi menjadi dua, yakni jaringan jalan Pulau Lombok dan
jaringan jalan Pulau Sumbawa.
Indikator
standar pelayanan minimum jalan dapat dinilai dari dua aspek, yakni aspek
kuantitas dan aspek kualitasnya. Jika aspek kuantitas ditinjau dari
aksesibilitas dan mobilitasnya, maka aspek kualitas jalan dapat dinilai dari
kondisi jalan yang ada, sejauhmana cukup dan tidak rusak, dalam hubungannya
dengan pelayanan operasional jalan seperti tingkat kecepatan perjalanan dalam
jarak tempuh tertentu dan keselamatan.
Secara
kuantitas, pada tahun 2008, indeks aksesibilitas jalan di Provinsi NTB secara
keseluruhan sudah mencapai 0,36, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang baru
mencapai 0,23. Rinciannya, indeks aksesibilitas jalan nasional 0,03, jalan
provinsi 0,09 dan jalan kabupaten/kota 0,24. Berbeda dengannya, indeks mobilitas jalan di Provinsi NTB yang
mencapai 1,71 masih di bawah rata-rata nasional sebesar 1,92. Hal ini
dipengaruhi oleh masih kecilnya indeks mobilitas dari jalan nasional (0,14) dan
jalan provinsi (0,43), sementara indeks
mobilitas jalan kabupaten relative sudah diatas rata-rata nasional. Sementara
itu dari sisi panjang jalan, kecuali di Kota Mataram, indeks aksesibilitas
panjang jalan keseluruhan (meliputi jalan nasional, provinsi dan
kabupaten/kota) di tingkat kabupaten/kota sudah diatas standar pelayanan
minimal (SPM). Sementara untuk indeks mobilitas, kecuali di Kabupaten Lombok
Timur dan Kota Mataram, seluruh kabupaten/kota sudah memenuhi SPM panjang
jalan.
Lantas
bagaimana dengan kondisi fisik jalan? Pada
tahun 2008, meskipun jalan nasional yang dalam kondisi baik sudah lebih tinggi diatas rata-rata nasional
(73 persen dibanding 50 persen), namun jalan berkategori mantap (yakni jalan
berkondisi baik dan sedang) masih di bawah rata-rata nasional. Jika
dibandingkan dengan provinsi lain di Kawasan Timur Indonesia, prosentase jalan
mantap di provinsi NTB termasuk ke-2 terkecil setelah Papua. Sementara itu,
jalan provinsi di wilayah NTB sepanjang 2004-2008 mengalami penurunan panjang
jalan sekitar 27 km. Kondisi jalan provinsi yang dalam kondisi mantap masih
stagnan pada kisaran 46 persen. Sementara itu dari aspek kondisi jalan sekitar
18 persen jaringan jalan di NTB tidak memenuhi lebar jalan standar, dan sekitar
29 persen belum memenuhi standar IRI
(International Roughness Indexs).[1]
Selanjutnya,
untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi fisik jalan provinsi di wilayah NTB
selama dua tahun terakhir (2009-2010)
akan dilakukan kajian khusus pada bagian berikut[2], sekaligus mencoba menguraikan kinerja
pemerintah dalam menangani infrastruktur jalan dalam periode bersangkutan.
Kondisi
Jalan Provinsi di wilayah NTB
Dalam dua
tahun terakhir terjadi perubahan panjang jalan provinsi sebagai akibat adanya
ruas jalan yang mengalami perubahan status.
Jika pada tahun 2008 dan 2009 jalan provinsi memiliki panjang 1.842,33
km maka pada tahun 2010 jalan provinsi di wilayah NTB ditetapkan sepanjang
1.772,27 km.
Jika dinilai
dari jenis bahan perkerasan/permukaannya, menurut kondisi terakhir tahun 2010 sebagian
besar jalan provinsi telah diaspal
antara lain dengan bahan perkerasan hotmix dan lapisan penetrasi (lapen)
sepanjang 1.346,08 km (75,95 persen).
Sisanya masih berupa jalan kerikil dan tanah sepanjang 287,49 km (16,22 persen)
dan jalan belum tembus sepanjang 138,20 km (7,80 persen).
Dibanding
tahun 2009, secara umum panjang jalan
dengan permukaan lapen menurun 14 km lebih, kecenderungan yang sama nampak
pada jalan hotmix yang mengalami
pengurangan sekitar 7 km. Fakta lain
yang cukup menarik adalah adanya penurunan drastic pada panjang
jalan berpermukaan kerikil dari semula
sepanjang 185,17 km pada tahun 2009 menjadi hanya 131,84 km pada tahun
2010, atau berkurang sekitar 53 km.
Fakta ini harus dikembalikan pada upaya yang ditempuh oleh pemerintah daerah
setahun terakhir dalam menangani permasalahan jalan di NTB.
TABEL 3.1. Jenis Bahan Perkerasan Permukaan
Jalan Provinsi
|
||||||
Di wilayah Nusa Tenggara Barat Tahun 2009-2010
|
||||||
PANJ.
|
JENIS PERMUKAAN JALAN
|
|||||
TAHUN
|
EFEKT
|
HOTMIX
|
LAPEN
|
KERIKIL
|
TANAH
|
LAINNYA
|
( KM )
|
(KM)
|
(KM)
|
(KM)
|
(KM)
|
(KM)
|
|
2009
|
1,842.33
|
947.53
|
406.16
|
185.17
|
158.79
|
144.70
|
PROSENTASE
|
51.43
|
42.87
|
10.05
|
8.62
|
7.85
|
|
2010
|
1,772.27
|
955.13
|
391.45
|
131.84
|
155.65
|
138.20
|
PROSENTASE
|
53.89
|
22.09
|
7.44
|
8.78
|
7.80
|
|
Sumber
: diolah dari data Seksi Perencanaan Jalan Dinas PU Provinsi NTB
|
Jika melihat
data diatas, bisa jadi akan memunculkan perkiraan bahwa kondisi jalan provinsi di
NTB sudah cukup bagus. Namun setelah
ditelisik lebih mendalam, perkiraan awal itu harus ditepis. Pasalnya, kondisi
terakhir pada tahun 2010 menunjukkan bahwa dari total 1.346,08 km jalan
diaspal, jumlah jalan yang kondisinya
relative baik (dalam kategori baik dan sedang) belum terlalu memuaskan karena
baru mencapai 61,81 persen, sementara kondisi jalan aspal yang rusak ringan
maupun rusak berat masih relative besar hingga hampir menyentuh angka 40 persen
dari keseluruhan jalan yang telah diaspal.
Sementara
itu, meskipun hanya meliputi sekitar 16 persen dari total jalan provinsi,
kecenderungan yang lebih mengenaskan terlihat pada jalan dengan bahan permukaan kerikil dan jalan tanah
karena dari total 287,49 km seluruhnya
dalam kondisi rusak berat dan rusak ringan. Belum lagi jika melihat masih
adanya jalan belum tembus sepanjang
138,20 km (7,80 persen).
|
Masih
buruknya kondisi jalan tersebut berdampak pada masih rendahnya tingkat
kemantapan jalan provinsi di NTB. Meski telah ada perubahan status pada
beberapa ruas jalan dan pemerintah daerah berupaya memperbaiki dan memelihara
jalan yang ada, namun kondisi jalan yang ada belumlah mencapai ukuran yang
ideal.
Sehingga
wajar jika dalam setahun terakhir, tingkat kemantapan jalan provinsi di NTB
belum juga ada perbaikan secara signifikan, dari semula 45,40 persen (2009) sekarang hanya naik
sedikit menjadi 46,95 persen[3].
Kondisi
jalan provinsi tersebut sangat berbeda jika dibandingkan dengan kondisi jalan
nasional yang ada di NTB. Selama dua tahun terakhir tingkat kemantapan jalan
nasional berada diatas 70 persen, bahkan pada tahun 2010 mencapai hingga lebih
dari 75%.
TABEL 3.3. Tingkat Kemantapan Jalan Provinsi dan Jalan
Nasional di Wilayah NTB
|
|||||||
Tahun 2009-2010
|
|||||||
KONDISI
|
KONDISI
|
||||||
NO
|
RUAS JALAN
|
PANJANG
|
MANTAP
|
TDK MTP
|
KRITIS
|
BLM TBS
|
MANTAP
|
(KM)
|
(KM
|
(KM)
|
(KM)
|
(KM)
|
(%)
|
||
TAHUN 2009
|
|||||||
1
|
Nasional
|
599.63
|
434.32
|
90.55
|
74.76
|
-
|
72.43
|
2
|
Provinsi
|
1,842.33
|
836.34
|
572.53
|
288.76
|
144.70
|
45.40
|
Jumlah
|
2,441.96
|
1,270.66
|
663.08
|
363.52
|
144.70
|
||
TAHUN 2010
|
|||||||
1
|
Nasional
|
632.17
|
485.13
|
60.46
|
87.38
|
-
|
76.74
|
2
|
Provinsi (*)
|
1,842.33
|
853.31
|
572.15
|
235.02
|
144.70
|
46.32
|
Jumlah
|
2,474.50
|
1,338.44
|
632.61
|
322.40
|
144.70
|
||
(*) angka panjang jalan dan kondisi jalan provinsi 2010 diasumsikan sama dengan tahun sebelumnya
|
|||||||
sumber: Dikutip dari
“Paparan Gubernur Nusa Tenggara Barat pada
Rapat Kerja dengan DPRD Provinsi NTB, 2 April 2011”
|
Keseimbangan pulau
Salah satu
factor terkait akses dan ketersediaan jalan adalah ketimpangan yang cukup mencolok antara ketersediaan jalan
di Pulau Lombok dengan Sumbawa. Jika di Pulau Lombok, setiap 1 kilometer
persegi luas wilayahnya terdapat 0,66
kilometer ruas jalan, di Pulau Sumbawa untuk setiap 1 kilometer persegi hanya
terdapat 0,28 kilometer ruas jalan.
Meski demikian, mengingat jumlah penduduknya yang lebih sedikit, di Pulau
Sumbawa setiap 1000 jiwa terlayani oleh
jalan sepanjang 3,66 kilometer, masih
lebih baik dibanding di Pulau Lombok dimana setiap 1000 jiwa dilayani oleh 1,1
kilometer jalan.[4] Ini berarti dari segi aksesibilitas,
pelayanan di Lombok lebih baik, namun di Pulau Sumbawa aspek mobilitasnya lebih
baik.
Pada tahun
2010, panjang jalan di Pulau Sumbawa meliputi hampir 65 persen dari total jalan
provinsi di NTB, sehingga jika di Lombok panjang jalan hanya 672,77 km maka di
Pulau Sumbawa dengan panjang jalan 1.099,50 km mencapai lebih dari 1,5 kalinya.
Sementara
dari sisi bahan perkerasan permukaan jalan, jika di Pulau Lombok jalan telah
diaspal hingga diatas 95 persen dari
total seluruh jalan yang ada di pulau yang relative subur ini, maka di Pulau
Sumbawa jalan yang telah diaspal hanya
mencapai sekitar 65 persen dari total keseluruhan. Karena panjang keseluruhan
jalan di Pulau Sumbawa yang beriklim relative panas hampir dua kali lipat
daripada di Lombok dan sepertiga bagian jalannya belum diaspal, maka
kesenjangan antara kedua pulau ini menjadi sangat terasa, bahkan bila sekedar
menyaksikannya dengan mata telanjang. Belum lagi jika mempertimbangkan kondisi
riel jalan kabupaten yang ada.
TABEL 3.4. Bahan Perkerasan Permukaan Jalan Provinsi di Nusa
Tenggara Barat
|
||||||
Berdasar Pulau Tahun 2009-2010
|
||||||
PANJ.
|
JENIS PERMUKAAN JALAN
|
|||||
PULAU
|
EFEKT
|
HOTMIX
|
LAPEN
|
KERIKIL
|
TANAH
|
LAINNYA
|
( KM )
|
(KM)
|
(KM)
|
(KM)
|
(KM)
|
(KM)
|
|
PULAU SUMBAWA
|
||||||
Tahun 2009
|
1,138.21
|
400.97
|
298.67
|
179.22
|
125.15
|
134.20
|
Prosentase
|
35.23
|
26.24
|
15.75
|
11.00
|
||
Tahun 2010
|
1,099.50
|
418.87
|
288.17
|
125.89
|
132.77
|
134.20
|
Prosentase
|
38.06
|
26.21
|
11.45
|
12.08
|
||
PULAU LOMBOK
|
||||||
Tahun 2009
|
704.12
|
546.56
|
107.47
|
5.95
|
33.64
|
10.50
|
Prosentase
|
77.62
|
15.26
|
0.85
|
4.78
|
||
Tahun 2010
|
672.77
|
536.66
|
103.28
|
5.95
|
22.88
|
4.00
|
Prosentase
|
79.77
|
15.35
|
0.88
|
3.40
|
Dari
total jalan telah diaspal di Pulau Sumbawa sepanjang 706,64 km, jalan yang relative bagus (kondisi
sedang-baik) hanya sedikit diatas 50 persen, berbeda jauh dengan di Lombok yang
kondisi jalan untuk kategori serupa telah menyentuh angka 75 persen. Demikian
pula untuk jalan dengan permukaan kerikil-tanah yang di Pulau Sumbawa yang
panjangnya sekitar sembilan kali lipat daripada di Lombok, umumnya dalam
kondisi rusak ringan hingga rusak berat. Sementara untuk jalan belum tembus
sepanjang 134,20 km selama dua tahun terakhir sama sekali belum ada penanganan.
TABEL 3.5. Jenis Permukaan dan Kondisi Permukaan Jalan Provinsi
|
|||||||||||
Berdasar Pulau Di
Wilayah Nusa Tenggara Barat Tahun 2009-2010
|
|||||||||||
JENIS
|
KONDISI PERMUKAAN
|
JENIS
|
KONDISI PERMUKAAN
|
JENIS
|
|||||||
PULAU
|
DIASPAL
|
B
|
S
|
R R
|
R B
|
KRK/TNH
|
B
|
S
|
R R
|
R B
|
BL. TBS
|
(KM)
|
(KM)
|
(KM)
|
(KM)
|
(KM)
|
(KM)
|
(KM)
|
(KM)
|
(KM)
|
(KM)
|
(KM)
|
|
PULAU SUMBAWA
|
|||||||||||
Tahun 2009
|
699.64
|
153.57
|
195.24
|
129.41
|
221.42
|
304.37
|
0.00
|
55.20
|
71.88
|
177.29
|
134.20
|
Prosentase
|
21.95
|
27.91
|
18.50
|
31.65
|
0.00
|
18.14
|
23.62
|
58.25
|
|||
Tahun 2010
|
706.64
|
159.71
|
204.14
|
148.15
|
194.64
|
258.66
|
0.00
|
0.00
|
20.60
|
238.06
|
134.20
|
Prosentase
|
22.60
|
28.89
|
20.97
|
27.54
|
0.00
|
0.00
|
7.96
|
92.04
|
|||
PULAU LOMBOK
|
|||||||||||
Tahun 2009
|
654.03
|
303.23
|
184.30
|
94.42
|
72.08
|
39.59
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
39.59
|
10.50
|
Prosentase
|
46.36
|
28.18
|
14.44
|
11.02
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
100.00
|
|||
Tahun 2010
|
639.94
|
307.82
|
160.37
|
97.94
|
73.81
|
28.83
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
28.83
|
4.00
|
Prosentase
|
48.10
|
25.06
|
15.30
|
11.53
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
100.00
|
|||
sumber : diolah dari data Seksi Perencanaan Dinas PU NTB
|
Kondisi-kondisi
diatas menunjukkan belum adanya keseimbangan yang memadai terkait pelayanan
infrastruktur jalan antar-kedua pulau besar di NTB. Sehingga salah satu
orientasi yang mesti di bangun oleh pemerintah dalam kebijakannya ke depan
adalah mengurangi kesenjangan yang terjadi antar-kedua pulau.
[1] Ihsan Haerudin,
dkk., Kajian Belanja Publik Nusa
Tenggara Barat Tahun 2010. Mataram: BAPPEDA NTB. (laporan penelitian hasil kerjasama BAPPEDA
NTB dengan Lembaga Penelitian Universitas Mataram/LEMLIT-UNRAM, ANTARA-AusAID
dan World Bank).
[2] Kajian hanya dibatasi
pada kondisi fisik jalan provinsi karena terbatasnya data untuk jalan
kabupaten/kota.
[3] Tingkat kemantapan jalan
ini diperoleh dengan perhitungan berdasarkan angka riel panjang jalan dan
kondisi permukaan jalan terkini , namun jika menggunakan angka panjang jalan
dan kondisi permukaan jalan lama dengan panjang jalan 1.842,33 km maka tingkat
kemantapan jalan provinsi di wilayah NTB adalah sebesar 46,32 persen.
[4] RPJMD Provinsi NTB 2009-2013 hal. 38
Tidak ada komentar:
Posting Komentar