Sejauhmana efektivitas pemerintahan Gubernur Majdi akan
sangat ditentukan oleh berbagai factor. Dengan mengkapitalisasi faktor
pendukung dan sebaliknya meminimalisir faktor
pelemah, Gubernur dapat lebih optimis menjalankan misi pemerintahannya. Beberapa
factor yang akan dikemukakan pernah menjadi tema diskusi saat kunjungan
silaturrahmi calon gubernur KH. M. Zainul Majdi ke Sekretariat SOMASI NTB
menjelang perhelatan Pilgub NTB, dua tahun silam.
Dengan mendiskusikan ini, saya berharap HUT NTB kali ini
menjadi lebih bermakna ketimbang melemparkan jargon-jargon hegemonik, dan tentu
saja bisa dianggap sebagai masukan atas dua tahun pemerintahan ’kabinet NTB
BerSaing’.
Jangkar Politik Gubernur di tingkat pusat. Sejauhmana efektivitas jangkar politik gubernur
akan sangat menentukan posisi NTB di mata pusat. Sebagai contoh, menengok kondisi PAD NTB
yang sangat minim dengan target tahunan yang pasif, sumber pendapatan dari APBN
(DAU, DAK, Dana Dekon) untuk anggaran pembangunan akan sangat signifikan. Karena pola alokasi
dana APBN masih kental diwarnai pertimbangan politis ketimbang teknokratik
pembangunan, sejauhmana posisi politik seorang gubernur akan sangat menentukan jumlah
dana yang bisa ditarik daerah dari pusat. Sejauhmana gubernur NTB cukup
memiliki jangkar politik yang memantapkan pengaruh dan posisi tawarnya di
tingkat pusat?
Karena itu, isu mengenai partai yang menjadi kendaraan
politik Gubernur sangatlah relevan. Munculnya
isu tentang komunikasi Gubernur dengan wakil rakyat di DPR maupun senator di DPD juga menunjukkan sisi ini perlu perhatian.
Di luar itu, tingkat fokus tim kerja pusat dan garis (arahan) dari DPRD adalah
isu-isu yang signifikan.
Kondusivitas Politik Lokal. Situasi politik lokal khususnya hubungannya
dengan ”struktur politik hilir” (parpol-DPRD dan kekuatan politik lain) dan ”struktur
politik hulu” sebagai penopang/sumber
politik hilir akan sangat menentukan sejauhmana eksekusi agenda-agenda
pemerintahan dapat berjalan mulus dan mendapatkan dukungan dalam
implementasinya. Sebenarnya akan lebih mudah jika pelaksanaan pemerintahan
hanya dipengaruhi oleh struktur politik hilir saja, namun kondisi khas NTB yang
dilanda masalah ”fenomena kepublikan” (ketidakcocokan antara moral publik
dengan moral state) berakibat struktur politik hulu juga harus
diperhitungkan seksama. Di tengah jurang (gap)
yang lebar antara warga grass-roots dan elite group, kondisi
kelas menengah lokal juga perlu ada pemetaan secara seksama.
Lingkar kepentingan grup politik penopang kekuasaan.
Sejauhmana Gubernur bisa
menjaga diri dari kepentingan kelompok innercycle group penopang
kekuasaannya, akan menjadi patokan bagi kekuatan politik lain dan kelas
menengah untuk memberikan tanggapan strategis mereka terhadap pemerintahan yang
berjalan. Tingkat efektivitas mesin birokrasi dan dukungan dari kekuatan
politik di sektor ”hulu” juga berkaitan dengan hal ini.
Tim Kerja yang Handal dan profesional. Gubernur harus memiliki perencana,
eksekutor dan pelaksana yang handal agar mimpi besarnya mengejar ketertinggalan
dan menjadi sejajar dengan daerah lain bisa tercapai. Mendudukkan dan memberi
ruang birokrasi bekerja secara profesional, penempatan posisi dan jabatan
dengan mempertimbangkan profesionalitas, dan kemampuan meminimalisir interest
lingkaran pengaruh di sekitarnya akan sangat signifikan berpengaruh.
Ketersediaan modal pembangunan. Di lingkup makro, dengan
kondisi dan potensi modal yang ada sekarang, NTB masih memerlukan lebih banyak
modal untuk mengejar ketertinggalannya dari daerah lain. Di sisi ini, harapan
yang ada tentu dari investasi dan NTB cukup punya potensi SDA yang memadai. Sejauhmana
kemampuan pemerintah memastikan investasi mengucur ke daerah pada sektor-sektor potensial NTB
sangat berpengaruh, di sisi lain kesiapan tim khusus di jalur hubungan luar
negeri juga perlu diperhatikan.
Kata orang pintar, tiap hari duit berputar mengelilingi bola dunia mencari
tempat yang tepat untuk mendarat. Tingkat kondusivitas factor-faktor structural
terkait iklim investasi akan sangat menentukan tingkat investasi yang masuk.
Tentu saja, selain tingkat pertumbuhan,
juga mesti mempertimbangkan agar pertumbuhan terjadi pada sector-sektor yang
berdampak besar untuk rakyat NTB (baca: tingkat kedalaman pertumbuhan). Kemampuan
mengkonsolidasinya dengan kondisi perbankan di NTB sebagai lembaga intermediasi
pembangunan di daerah di tengah minimnya investasi dan tingkat saving masyarakat yang rendah, akan sangat berpengaruh terhadap tingkat
ketajaman pengembangan sector-sektor yang menjadi tumpuan bertumbuhnya
perekonomian masyarakat (sektor riil dan sektor tenaga kerja mayoritas).
Dukungan Masyarakat. Dengan kondisi kemiskinan
makro di atas 20% dari total jumlah penduduk, dan hampir menyentuh angka 50 %
(setengah dari 4 juta jiwa lebih rakyat NTB) untuk angka kemiskinan mikro,
dukungan masyarakat akan bisa dipertahankan dan direbut kembali jika rakyat
merasakan ada perubahan pada nasib mereka. Pemerintahan yang berhasil tentulah
pemerintahan yang bekerja dalam praktek, bukan pemerintahan yang ditopang
politik pencitraan tanpa bukti yang langsung dirasakan rakyat.
Dari enam faktor tersebut, dua tahun terakhir Gubernur
kedodoran di hampir semua sisi, kecuali untuk faktor kedua--yang berpotensi
memburuk, dan faktor terakhir--yang belakangan ini nampak mulai menurun oleh
berbagai sebab. Beberapa faktor saling berhubungan dan menyimpan posisi
dilematis bagi Gubernur. Namun hidup bergantung pada apa yang kita kerjakan,
sehingga keragu-raguan tak seharusnya mendapat tempat. Bukanlah setelah
ideologi (cita-cita perjuangan) dirumuskan “tangan”lah yang bekerja
menjalankannya?
Kemampuan menilai dengan tepat posisi faktor-faktor tersebut selama dua tahun
terakhir dapat menjadi landasan Gubernur menentukan pilihan prioritas perbaikan pemerintahannya.
Tentu saja, bantuan pandangan dari berbagai pemikir/ahli/praktisi yang tak
kurang adanya di NTB akan sangat dibutuhkan. Saya mengajak semua elemen yang
peduli nasib NTB, untuk menyayangi gubernur kita, dengan masukan maupun
kritikan. Namun jika sulit dikerjakan
karena berbagai alasan, media massa sebagai ruang milik publik
selayaknya memudahkan itu terjadi.
Dirilis
pertama kali pada 16 Desember 2010
Diskusi,
saran dan kritik via: ekaffah@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar