Translate

Selasa, 12 Mei 2015

Pandangan dan Harapan bagi Pelaksanaan Agenda Reformasi Birokrasi


Naskah Pembicaraan, disampaikan  dalam acara Launching Gerakan Reformasi Birokrasi,   serangkaian Pekan Reformasi Birokrasi Kota Mataram, 30 Januari 2015. 

Hadirin peserta Pekan Reformasi Birokrasi yang berbahagia,
Untuk memulai pembicaraan, izinkan saya mengungkapkan hal ini. Mungkin Anda juga sudah menyadarinya. Apa yang disebut dengan Reformasi Birokrasi (RB) ini cukup berat untuk dipahami, cukup rumit untuk diurai. Kata buku panduannya, reformasi birokrasi ini  ada 10 area, mulai dari aturan main, organisasi dan tatalaksana, sistem dan mekanisme, SDM, anggaran dlsb; merubah struktur dan mindset atau kultur birokrasi. Setelah itu, agar langkah RB ini jelas, maka disusunlah Road-map, peta jalan RB.

Karena itu, mungkin hal pertama yang paling penting untuk dilakukan adalah Menyederhanakan pemahaman tentang  RB itu sendiri.

Bagaimana sebenarnya mereka yang sehari-hari bergelut di birokrasi mempersepsi  RB ini. Mungkinkah ia menjadi jawaban terhadap harapan-harapannya baik sebagai  bagian dari pencari nafkah keluarga, kebutuhan akan kerja dan lingkungan kerja yang nyaman, peningkatan jenjang kepangkatan dan jabatan. Bahkan pada akhirnya keberlanjutannya setelah purna tugas atau pensiun.

Bagaimana Honorer dan tenaga harian lepas/kontrak mempersepsinya? Ini kelompok yang selama ini bisa dibilang serba salah. Hampir sebagian besar pekerjaan merekalah yang mengerjakan namun dengan imbalan kerja yang minim.  Kira—kira mungkinkah beban kerja mereka menjadi lebih proporsional dengan imbalan yang sepadan?

Bagi kebanyakan jajaran birokrasi:  saya dengar ada yang bisik-bisik: nah itu bisa disingkat dalam satu kata; Remunerasi. Benarkah itu? (hehe…ya, saya hanya bercanda saja). Yang serius, ada kekuatiran mengenai potensi beban pekerjaan yang semakin berat. Dalam bahasa lain kerja sekarang harus lebih terukur. Segi positifnya, ada sebagian  yang punya bayangan bahwa beban kerja menjadi lebih merata sesuai dengan kepangkatan dan golongan; bahwa jika seorang berprestasi dan melakukan inovasi, maka itu akan tercatat dan berkonsekwensi adanya insentif positif atau rewards.

Lantas bagaimana pimpinan memposisikan reformasi birokrasi ini? Bagaimana legislative menilai agenda ini akan cukup bermanfaat?

Singkatnya, ada pertanyaan besar mengenai bagaimana agar RB ini tidak dipersepsi sebagai beban, namun ia menjadi  kabar baik, good news, bagi semua jajaran di tubuh birokrasi. Selanjutnya, dua Pe-eR kita yang lain adalah bagaimana memastikan RB ini menjangkau semua komponen birokrasi tanpa kecuali. Dan bagaimana agar dalam menjalankan agenda RB ini kita bisa menemukan titik-titik strategis.  Titik strategis yang bisa jadi pengungkit. Yang apabila kita tangani ia akan memberikan dampak yang luas bagi perubahan di tubuh birokrasi.  Itu yang mungkin penting  untuk Birokrasi.

Nah, yang jauh lebih sulit adalah soal bagaimana seharusnya public, warga, mempersepsi diri mereka terhadap lingkungan pembicaraan soal reformasi birokrasi ini. Perenungannya kira2 begini.

Hadirin yang mulia,
Sebagaimana kita semua mahfum. Pada prinsipnya, pemerintah ada untuk menjawab masalah-masalah structural dan cultural yang dihadapi oleh warga. Untuk memberikan kesejahteraan. Pemerintah  mengembangkan regulasi agar ada ketetapan dan pengaturan mengenai bagaimana urusan public dengan kepentingan yang berbeda sebaiknya dikelola. Pemerintah juga memiliki tugas menjamin keamanan kehidupan masyarakat.

Namun dewasa ini, berbagai pemerintahan memiliki perbedaan pandangan mengenai bagaimana  sebaiknya hal tersebut dikerjakan.

Ada sebagian pemimpin. Ada banyak pengurus daerah. Ada sangat banyak manager pemerintahan berpandangan bahwa untuk melaksanakan tugas atas amanah yang telah mereka terima, mereka harus mengurus semua hal.  Mereka harus mengurus semua hal untuk memastikan kesejahteraan warga. Mereka harus menguasai semua informasi, menguasai semua sumberdaya, mengelola sendiri semua asset, mengelola semua proses dan forum pengambilan keputusan untuk memastikan kesejahteraan warga, menjawab masalah kemiskinan  dan  kelaparan, menjawab masalah pengangguran dan kesehatan yang buruk.  Di sisi lain warga juga menyaksikan banyak pekerjaan public tak selesai. Banyak masalah tak kunjung  beres. Korupsi, pungli dan sejenisnya terus berlangsung. Pelayanan public belum memenuhi ekspetasi masyarakat. Ada persepsi yang menguat bahwa pemerintah seperti kelebihan beban, dan masalah tak kunjung berhenti.

Kita bersama juga menyaksikan kecenderungan yang bersifat global dari berbagai belahan dunia. Sepanjang 15 tahun terakhir, kita menyaksikan gelombang  yang semakin meluas bahwa public berminat untuk lebih banyak mengetahui hal ikhwal mengenai urusan yang menyangkut kepentingan mereka. Warga ingin mendapat ruang untuk lebih dalam terlibat. Untuk berpartisipasi dalam membicarakan hal-hal yang menyangkut hajat hidup mereka.

Para Reformers yang Berbahagia
Sesungguhnya, dewasa ini kita sedang berada dalam dunia yang sebenarnya telah jauh berbeda. Kita telah meninggalkan era industry dan sedang berada pada era informasi dimana kecanggihan  teknologi komunikasi dan informasi telah menjadi factor yang paling menentukan dalam mencapai tujuan. Jangan sekali-kali dilupakan, hanya pada era industry penguasaan terhadap asset berarti segalanya. Pada era informasi ini, urusan bisa diselesaikan cukup bermodal adanya INFORMASI yang memadai dan dijalankan bersama oleh para pihak  dengan KONTRAK atau Perjanjian.

Karena itu, ketika reformasi birokrasi ini akan berjalan, sangat diperlukan kesediaan untuk menempatkannya dalam konteks zaman yang telah berubah ini. Tidak semua urusan harus diurus oleh Negara. Tidak semua sumber daya dan asset  harus dikelola oleh pemerintah.  Kewajiban pemerintah adalah memastikan semua jenis pelayanan yang bersifat dasar bisa dipenuhi. Memastikan agar yang kuat tidak memakan yang lemah. Diluar itu adalah apa yang disebut sebagai kebebasan.  Apa itu kebebasan? Sebuah kemungkinan untuk membuat pilihan dari berbagai alternative tersedia. Karena itu, membuat informasi menjadi lebih terbuka berarti memungkinkan pihak lain ikut melihat peluang dan menilai masalah. Ia memastikan adanya pembagian peran, sekaligus memastikan beban bisa dibagi.

Kita tahu bersama bahwa ada 2 tujuan utama kenapa agenda RB ini dilaksanakan. Pertama mengurangi korupsi, dan kedua pelayanan public yang lebih berkualitas.

Berdasar persepsi warga, apa prasyarat utama  RB ini  akan berlangsung? Prasyaratnya  ialah sebuah pemerintahan yang lebih terbuka yang memastikan warga hadir. Pemerintahan Terbuka. Open Government!

Untuk itu, ada 3 poin utama yang layak menjadi pertimbangan pemerintah:

PERTAMA, sebagai dimensi terpenting adalah pentingnya keterbukaan informasi untuk public, untuk warga, karena hanya dengan cara itu kita dapat memastikan bahwa warga, rakyat kita, dapat berekspresi, dapat berpartisipasi dalam setiap tahapan dan proses pembangunan. Bagi birokrasi, memastikan Informasi  menjadi tersedia secara akurat dan tepat waktu selain untuk memastikan adanya ketepatan dalam pengambilan keputusan, juga mempercepat pengambilan keputusan.

YANG KEDUA, semua pihak  harus mulai memikirkan dengan lebih serius bagaimana masyarakat dapat berpartisipasi luas dalam seluruh tahapan pembangunan. Berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan dan penyusunan kebijakan. Berpartisipasi dalam mengelola sumberdaya, dalam mengelola asset public. Berpartisipasi dalam menyusun standar pelayanan yang sesuai dengan konteks dan kebutuhan mereka.  Berpartisipasi dalam melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap proses pembangunan. Memastikan Warga memiliki saluran yang aman untuk menyampaikan complain.  yang ditindaklanjuti dengan resolusi memadai oleh petugas yang berwenang.

YANG KETIGA dan tak kalah penting, Pemerintah harus berupaya keras untuk lebih memperbaiki akuntabilitas mengenai apa yang sudah dikerjakannya dalam menjalankan mandate public, mandate warga. Memberikan informasi  yang lebih mudah dipahami oleh warga, melaporkan secara terbuka mengenai apa yang telah dikerjakan pemerintah.

Kami meyakini, RB haruslah bermakna bagi semua pihak. Ketika ia dipandang bermakna, maka  kita sedang membangun jembatan, memastikan semua pihak akan berikhtiar keras untuk mendorong dan menjalankannya. Dan kita dapat berharap bahwa upaya ini akan terus berkelanjutan. Kami kira, kita telah memiliki modal awal yang bagus untuk memulainya. Kebersamaan pemerintah dan masyarakat untuk mendorong pembenahan beberapa bagian pelayanan public selama ini bisa terus kita rawat dan perluas untuk menuju keadaan yang lebih baik.

Terakhir,  izinkan kami sebagai warga mengajak semua kalangan mulai dari pimpinan dan semua jajaran pemerintahan.  Kiranya, motto birokrasi kita sekarang ini, begini: Melayani, Melayani, Melayani.

Merdeka!
Ervyn Kaffah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar