Translate

Rabu, 20 Mei 2015

20 MEI 1998 (TAWAMU)

JEMPOL UNTUK KAWAN-KAWAN! Bersama kawan-kawan usai Aksi Demonstrasi 20 Mei 1998 di Kantor Gubernur NTB. Nampak Ramli (bersandar di mobil berselempang Jaket Almamater Unram), Hasan Masat (ada kain perban di tangan bekas diterjang peluru karet aparat), Abdul Latief Apriaman (bersarung), Hidayat Jaya Miharja (alm.), Safriatna Ach, Johan Rosihan (pake ikat kepala putih), dan Munzirin. Saya yang bertopi kasi jempol di belakang Bung Johan.


 

TAWAMU
Pablo Neruda

Ambil roti ini dariku, jika kau ingin,
ambil pula udara ini, namun
jangan ambil tawamu dariku.

Jangan ambil mawar,
tombak bunga yang kaucabut,
air yang tiba-tiba memancar
meluapkan suka cita,
gelombang perak
yang terlahir dari kedalaman jiwamu.

Perjuanganku sungguh kasar dan aku kembali
dengan sepasang mata lelah
ketika kusaksikan
dunia tiada berubah,
namun ketika tawamu hadir
tawa itu pun terlontar ke angkasa
dan segera mencariku
dan membuka pintu-pintu hidupku.


Sayangku, pada masa kegelapan ini
saatnya tawamu
hadir, dan jika tiba-tiba
kaulihat darahku menodai
bebatu jalan,
tertawa, karena tawamu
di genggamku akan menjelma
serupa pedang baru ditempa.

Lalu di laut musim gugur
tawamu pasti membangkitkan
bebuih jeram,
dan kala musim semi, Sayangku,
aku ingin tawamu laksana
bunga yang senantiasa kutunggu,
bunga biru, bunga mawar
dari gema negeriku.

Tertawa sepanjang malam,
sepanjang siang, sepanjang purnama,
tertawa sepanjang kelokan
jalan-jalan di pulau ini,
menertawakan kecanggungan
bocah lelaki yang mencintaimu,
namun ketika kubuka
dan kupejam mataku,
ketika langkahku pergi,
ketika langkahku kembali,
cegahlah aku dari mendapat roti,
udara, cahaya, musim semi,
namun jangan pernah ambil tawamu
atau aku akan mati.

(Karya terjemahan oleh:  Ahmad Yulden Erwin, Lampung)



TU RISA
Por Pablo Neruda

Quítame el pan, si quieres,
quítame el aire, pero
no me quites tu risa

No me quites la rosa,
la lanza que desgranas,
el agua que de pronto
estalla en tu alegría,
la repentina ola
de plata que te nace.

Mi lucha es dura y vuelvo
con los ojos cansados
a veces de haber visto
la tierra que no cambia,
pero al entrar tu risa
sube al cielo buscándome
y abre para mí todas
las puertas de la vida.

Amor mío, en la hora
más oscura desgrana
tu risa, y si de pronto
ves que mi sangre mancha
las piedras de la calle,
ríe, porque tu risa
será para mis manos
como una espada fresca.

Junto al mar en otoño,
tu risa debe alzar
su cascada de espuma,
y en primavera, amor,
quiero tu risa como
la flor que yo esperaba,
la flor azul, la rosa
de mi patria sonora.

Ríete de la noche,
del día, de la luna,
ríete de las calles
torcidas de la isla,
ríete de este torpe
muchacho que te quiere,
pero cuando yo abro
los ojos y los cierro,
cuando mis pasos van,
cuando vuelven mis pasos,
niégame el pan, el aire,
la luz, la primavera,
pero tu risa nunca
porque me moriría.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar